A. Judul
Upaya Meningkatkan Kemampuan
Siswa Dalam Memahami Materi Ajar IPA Tentang Berbagai Bentuk Energi Melalui Penggunaan Pendekatan Kontekstual
B. Nama Penulis
Sukaedah,
S.Pd.,SD.
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Pembelajaran IPA, Materi Ajar Memahami
Berbagai Bentuk Energi, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Pendekatan
Kontekstual
Pembelajaran IPA, khususnya pada
materi ajar memahami berbagai bentuk energi yang telah dilaksanakan oleh guru
dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis,
Tahun Pelajaran 2008/2009 pada semester 1 menunjukkan kurang berhasil, baik
dilihat dari aktivitas belajar siswa maupun hasil belajarnya. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, tidak sedikit.
Hal ini disebabkan oleh pendekatan yang digunakan guru dalam pengelolaan proses
pembelajaran, kurang tepat. Hal ini dirasakan sekali oleh guru.Untuk mengatasi
masalah tersebut, digunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
merupakan salah satu pendekatan yang menitikberatkan pada upaya proses belajar
siswa untuk membangun pemahaman secara bertahap. Tugas guru dalam rangka itu
bukan saja memfasilitasi tetapi juga inovator, motivator, dan mediator bagi siswa
saat sedang menempuh tahapan-tahapan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah
pendekatan kontekstual.Penggunaan pendekatan tersebut menempuh dua siklus
PTK.Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yang ditempuh secara kolaborasi
dengan teman sejawat.Keempat tahapan dimaksud, yakni perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan serangkaian kegiatan tersebut,
terbuktilah bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA
tentang materi ajar memahami berbagai bentuk energi pada siswa kelas
V SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajarnya. Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya
sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan
menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik
D. Pendahuluan
a.
Latar Belakang Masalah
Salah satu
dari mata pelajaran eksak yang banyak diminati oleh para siswa, namun dirasakan
sulit selama proses mempelajarinya, adalah IPA. Persoalan ini patut diperhitungkan dan dicarikan alternatif pemecahannya
yang efektif, mengingat urgensi setiap materi ajar IPA sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Salah satu upaya yang memiliki nilai
strategis bagi proses belajar siswa dalam mempelajari setiap materi ajar IPA,
adalah guru melakukan inovasi pembelajaran. Sebenarnya, letak persoalan mereka
bukan karena sulit dalam proses mempelajarinya, melainkan karena proses
pembelajaran yang dikelola guru kurang bermakna bagi siswa. Oleh karena itu
proses belajar siswa kurang terarah, dan ini bukan saja akan berakibat pada
meningkatnya tingkat kejenuhan siswa dalam dan selama mempelajari materi ajar yang
disajikan, tetapi juga akan melahirkan budaya malas belajar, menjadi benci pada
mata pelajaran ini, yang akhirnya hasil belajar siswa terus menurun.
Benang
merahnya uraian di atas, adalah perlu adanya upaya strategis yang dilakukan
guru untuk mengatasi kesulitan siswa setiap kali mempelajari materi ajar IPA.
Imbauan ini ditujukan kepada siapa pun gurunya yang mengampu tugas
membelajarkan siswa dalam setiap pembelajaran IPA. Oleh karena itu, penulis
merasa terketuk hati untuk ambil tindakan proaktif, tentunya melalui upaya
inovatif guna mengatasi persoalan yang sering dihadapi siswa dalam setiap kali
mempelajari materi ajar IPA. Kesulitan yang selalu dirasakan siswa binaan,
tidak sedikit, salah satu di antaranya
dan ini kerap terjadi, yaitu ketika mempelajari materi ajar memahami
berbagai bentuk energi. Kesulitan mempelajari materi
ajar ini bukan saja dialami oleh siswa sebelumnya, tetapi dialami pula oleh siswa kelas V SD Negeri 2
Legokjawapada tahun pelajaran 2008/2009. Berdasarkan hasil refleksi pratindakan,
dapat diketahui sebagian besar siswa (23 orang
siswa) berkemampuan kurang dalam memenuhi setiap tuntutan (tujuan)
pembelajaran. Mereka tergolong pada kelompok kurang mampu dengan perolehan
nilai terendah 23. Nilai terendah berada jauh dari kriteria
ketuntasan minimal (KKM) atau batas minimal tuntas belajar untuk mata pelajaran
IPA di SD Negeri 2 Legokjawa, yaitu 55. Sementara selebihnya dari mereka (11 orang
siswa) berkemampuan cukup dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran. Mereka
tergolong pada kelompok cukup mampu dengan perolehan nilai terendah 73 dan
tertinggi 83.
Refleksi
yang dilakukan tidak sampai di situ, dan ini yang lebih utama karena memiliki
nilai strategis, yakni proses belajar siswa. Saat sedang berlangsung proses
kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa dan guru tampak tidak sinergis.
Siswa belajar sesuai dengan kemauannya, sedangkan guru mengajar sekemampuannya.
Dalam pada itu, masing-masing bukan tidak berusaha. Antarsiswa tidak terjadi
saling belajar, dan apalagi mereka aktif bertanya jawab dengan guru sehubungan
dengan banyak hal yang tidak dan atau kurang dipahaminya. Meski guru sering
menganjurkan, namun tetap saja tidak dimanfaatkan siswa. Hingga proses kegiatan
belajar mengajar materi ajar ini berakhir, suasana tetap tidak berubah.
Selagi proses belajar siswa tidak bermakna, apa pun
materi ajar yang dipelajarinya, tetap tidak akan berhasil dikuasai. Sejalan
dengan pandangan ini, seorang ahli IPA mengemukakan sebagai berikut “Siswa yang
belajar harus berperan secara aktif membentuk pengetahuan dan pengertian IPA,
bukan hanya menerima secara pasif dari guru” (Uno, 2007:128). Dalam kaitan ini,
menurut pandangan pendekatan kontekstual, “Anak yang belajar IPA dianggap
sebagai subjek yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan
penalaran. Sebab anak sejak lahir menggunakan penalaran yang berkembang seiring
dengan pertumbuhan dirinya” (Carpenter dalam Uno, 2007:129). Bisa jadi karena sebab tidak dibelajarkan
seperti itulah, siswa binaan kurang berhasil menguasai materi ajaran ini. Sadar
akan hal itu, dan agar siswa tidak gagal untuk yang kedua kalinya dalam
mempelajari materi ajar ini, guru dan siswa harus mencoba merespon pandangan
konstruksivisme. Benar atau tidaknya metode
tersebut of to date apabila digunakan untuk mengatasi masalah ini, maka
dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang memahami berbagai bentuk
energi.
b.
Identifikasi Masalah
Bertolak dari uraian di atas, apa yang menjadi masalahnya dapat
diidentifikasi, yakni sebagai berikut.
1.
Pada dasarnya
setiap siswa berkeinginan menguasai materi ajar IPA dengan mudah, akan tetapi
kenyataannya dalam setiap kali mempelajarinya selalu dihadapkan dengan
kesulitan.
2.
Dampak dari
kesulitan mempelajari setiap materi ajar IPA, timbul kebencian pada mata
pelajaran ini. Akibatnya, lahirlah budaya malas belajar mempelajari materi ajar
apa pun dalam mata pelajaran IPA.
3.
Sebab timbulnya
budaya malas belajar siswa dalam setiap mempelajari materi ajar IPA, adalah
proses pembelajaran yang dikelola guru, kurang bermakna.
4.
Antarsiswa tidak
terjadi saling belajar, enggan untuk bertanya jawab dengan guru, siswa belajar
sesuai dengan kemauannya, dan guru mengajar sekemampuan, ini menunjukkan proses
kegiatan belajar mengajar yang tidak interaktif. Oleh karena itu, hasil belajar
siswa jauh dari yang diharapkan.
5.
Setiap masalah di
atas, akhirnya bermuara pada proses pembelajaran dinilai tidak konstruktif,
melainkan instruktif, yang ditandai oleh pemindahan pesan dari guru ke siswa,
bukan siswa mengonstuksi sendiri berdasarkan rekayasa belajar pendekatan
kontekstual, termasuk dalam pembelajaran memahami berbagai bentuk energi.
c.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan
latar belakang masalah di atas, pokok masalah penelitian ini dapat dirumuskan,
sebagai berikut.
1.
Bagaimana
langkah-langkah strategis meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA
tentang memahami berbagai bentuk energi berdasarkan pendekatan kontekstual?
2.
Bagaimana
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA
tentang memahami berbagai bentuk energi berdasarkan pendekatan kontekstual?
d.
Pemecahan
Masalah
Pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
menempuh cara belajar IPA berdasarkan langkah-langkah strategis dari pendekatan
kontekstual. Termotivasi untuk menggunakan cara ini, diilhami oleh
pandangan ahli, bahwa “Siswa
yang belajar harus berperan secara aktif membentuk pengetahuan dan pengertian IPA,
bukan hanya menerima secara pasif dari guru” (Uno, 2007:128). Dalam kaitan ini,
menurut pandangan pendekatan kontekstual, “Anak yang belajar IPA dianggap
sebagai subjek yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan
penalaran. Sebab anak sejak lahir menggunakan penalaran yang berkembang seiring
dengan pertumbuhan dirinya” (Carpenter dalam Uno, 2007:129). Besar harapan
melalui upaya ini berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA
tentang memahami berbagai bentuk energi.
e.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara lebih khusus dilakukan
sebagai upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran
IPA
tentang memahami berbagai bentuk energi, dan juga
untuk membuktikan keefektifan cara belajar siswa berdasarkan langkah-langkah
strategis pendekatan
kontekstual. Lebih rincinya, tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Memperbaiki kinerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran pembelajaran IPA tentang
memahami berbagai bentuk energi berdasarkan pendekatan kontekstual.
2.
Memperbaiki
akitivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang
memahami berbagai bentuk energi berdasarkan pendekatan kontekstual.
3.
Menguji efektivitas
pendekatan
konstektual sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA tentang
memahami berbagai bentuk energi.
4.
Dalam rangka
inovasi pembelajaran bermutu oleh guru untuk siswa.
f.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan masalah dan cara pemecahannya, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan, sebagai berikut “Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang
memahami berbagai bentuk energi meningkat setelah digunakan pendekatan
kontekstual”.
E. Kajian Pustaka
a.
Ciri Pembelajaran IPA
Berdasarkan Pendekatan
Kontekstual
8
|
Agar
peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan metode yang tepat, sedemikian rupa, sehingga peserta
didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini
akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan peserta didik akan kegunaan
materi pelajaran bagi kehidupan nyata mereka. Demikian juga, guru harus dapat
menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan.
Guru harus punya sensitifitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah
kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus
segera mencari metodologi pembelajaran
baru yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.
Dari uraian di atas, diperoleh beberapa
butir yang perlu selalu diingat guru dalam mengimplementasikan model
pembelajaran pendekatan kontekstual, yakni sebagai berikut.
1.
Pusat kegiatan
belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
2.
Pembelajaran dimulai
dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3.
Bangkitkan motivasi
belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik
dan berguna bagi kehidupannya.
4.
Guru harus segera
mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta didik
bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh
butir-butir khusus tentang hakekat pembelajaran pendekatan kontekstual,
sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2003:239), yang berikut ini.
1.
Siswa harus selalu
aktif selama pembelajaran.
2.
Proses aktif ini
tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
3.
Interpretasi selalu
dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
4.
Interpretasi
dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar
pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
5.
Tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia
tidak belajar secara optimal.
6.
Kegiatan belajar mengajar
tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan
keterampilan dan kemampuan.
b.
Langkah-langkah
Pembelajaran IPA Berdasarkan Pendekatan Kontekstual
Ada
beberapa langkah konkret yang harus diupayakan guru dalam mengelola proses
belajar siswa bila menggunakan model pembelajaran pendekatan kontekstual.
Beberapa langkah dimaksud dijelaskan Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan
berikut. Pertama, tahap pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d.
10 menit, dengan langkah-langkah berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal
yang diketahui dan dipahami peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan
bahan ajar yang menarik dan berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar
tertraik untuk mengetahui hal-hal yang baru. Kedua, tahapan eksplorasi
selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif
dalam problemsolving; (3) letakkan
penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru
dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi
yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari
pengetahuan peserta didik. Ketiga, tahapan konsolidasi
pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2)
libatkan siswa secara aktif dalam problem
solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan structural, yaitu kaitan antara
materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam
lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar
dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. Keempat, tahapan pembentukan sikap
dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap
dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang
dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan
pada sikap dan perilaku peserta didik. Kelima, tahap penilaian formatif
selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2)
gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan
peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
F. Metodologi Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.Pemilihan
sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan proses
pembelajaran mata pelajaran IPA tentang materi ajar memahami berbagai bentuk
energi.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2008/2009, yaitu bulan Januari sampai
dengan Maret 2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar
mengajar efektif di kelas.
c. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua
siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA tentang materi ajar memahami berbagai bentuk energiberdasarkan
langkah-langkah pendekatan kontekstual.
d. Prosedur Penelitian
Alur penelitian ini menempuh
prosedur penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan pembelajaran
yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan, teman sejawat
dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan,
antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi.
G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambar 1Alur Penelitian
Tindakan Kelas Secara Umum
|
a.
Hasil Penelitian
Siklus I
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar IPA tentang
materi ajar memahami berbagai bentuk energiberdasarkan langkah-langkah pendekatan
kontekstualpada siklus I, cukup memberi
dampak yang baik terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini merupakan
hasil usaha guru dalam membimbing dan mengarahkan seluruh siswa pada tahapan
belajar mengonstruksi materi pembelajaran yang harus dikuasainya setelah KBM
siklus I berlangsung.Berdasarkan hasil pengematan, penilaian, dan catatan
pengamat terhadap aktivitas belajar siswa menunjukkan sebagai berikut.
1.
Aktivitas
guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, tampak ada kesan kaku, yang disebabkan
oleh belum terbiasa memulai kegiatan pembelajaran seperti itu.
2.
Motivasi
yang dilakukan guru, cukup menyentuh perasaan siswa, yang tampak dari semangat
siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
3.
Sebagian
besar waktu pada kegiatan inti, lebih banyak digunakan guru untuk menyajikan
materi, dan sisanya digunakan untuk mengerjakan tugas, membahas hasil
penugasan, dan uji kompetensi.
4.
Sebagian
besar siswa kurang aktif dalam bertanya jawab, baik dengan guru maupun siswa.
5.
Tugas
guru, baik sebagai mediator maupun fasilitator bagi siswa, dinilai masih
kurang. Hal ini karena pembelajaran lebih mengutamakan tersampaikannya materi
ajar kepada siswa. Hal ini telah berdampak kurang baik terhadap aktivitas
belajar siswa.
6.
Dalam
menghadapi situasi tersebut, tidak ada upaya yang dilakukan guru, sehingga
sampai pada akhir kegiatan inti siswa tampak masih menghadapi masalah dalam memahami
materi ajar.
Guna
melengkapi catatan hasil pengamatan di atas, berikut ini disertakan penilaian
para pengamat terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus I.
Hasil penilain tersebut, dapat dituangkan kembali pada tabel berikut.
Tabel
1
Penilaian
Pengamat terhadap Kemampuan Guru
dalam Mengelola
Proses Pembelajaran pada Siklus 1
No.
|
Indikator Kemampuan
|
Nilai Pengamat 1
|
Nilai Pengamat 2
|
||
Kuantitas
|
Kualitas
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1
|
Kemampuan
menguasai kondisi awal pembelajaran
|
56
|
Cukup Mampu
|
58
|
Cukup Mampu
|
2
|
Kemampuan
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
|
57
|
Cukup Mampu
|
58
|
Cukup Mampu
|
3
|
Kemampuan
memotivasi siswa di awal pembelajaran.
|
57
|
Cukup Mampu
|
58
|
Cukup Mampu
|
4
|
Kemampuan
mengondisikan siswa untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
|
57
|
Cukup Mampu
|
59
|
Cukup Mampu
|
5
|
Kemampuan
menyajikan materi pembelajaran
|
57
|
Cukup Mampu
|
57
|
Cukup Mampu
|
6
|
Kemampuan
bertanya kepada siswa dan menjawab pertanyaan dari siswa.
|
60
|
Cukup Mampu
|
65
|
Cukup Mampu
|
7
|
Kemampuan
membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajar.
|
56
|
Cukup Mampu
|
62
|
Cukup Mampu
|
8
|
Kemampuan
membahas tugas.
|
60
|
|
63
|
|
9
|
Kemampuan
memberikan penghargaan kepada siswa yang unggul dalam kemampuan memenuhi
tuntutan pembelajaran.
|
60
|
Cukup Mampu
|
65
|
Cukup Mampu
|
10
|
Kemampuan
memberi simpulan sehubungan dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan
kepada siswa.
|
60
|
Cukup Mampu
|
60
|
Cukup Mampu
|
11
|
Kemampuan
melaksanakan evaluasi dan mengawasi jalannya evaluasi.
|
65
|
Cukup Mampu
|
67
|
Cukup Mampu
|
12
|
Kemampuan
memberikan bahan tindak lanjut.
|
57
|
Cukup Mampu
|
59
|
Cukup Mampu
|
13
|
Kemampuan
menutup kegiatan pembelajaran.
|
60
|
Cukup Mampu
|
63
|
Cukup Mampu
|
Jumlah
|
762
|
|
794
|
|
|
Rata-rata
|
58,61
|
|
61,1
|
|
Keterangan :
Nilai
76, 00 - 100,00, berarti mampu
Nilai
56,00 - 75,00, berarti cukup mampu
Nilai
26,00 - 55,00, berarti kurang mampu
Nilai
1,00 -
25,00, berarti tidak mampu
Selain memberikan penilaian terhadap
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran IPA tentang materi ajar memahami
berbagai bentuk energi pada siklus 1, para pengamat pun menilai kemampuan siswa
dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran, baik dilihat dari minat,
perhatian, partisipasi, maupun motivasi, seperti tertuang pada lembar observasi
PTK siklus 1. Adapun hasil penilaian tersebut, dituangkan pada tabel berikut.
Tabel 2 Penilaian
Pengamat terhadap Kemampuan Siswa
dalam Mengikuti Proses Pembelajaran Siklus 1
No.
|
Nama
|
Minat
|
Perhatian
|
Partisipasi
|
Presentasi
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Subjek
01
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
2
|
Subjek
02
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
3
|
Subjek
03
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
4
|
Subjek
04
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
5
|
Subjek
05
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
6
|
Subjek
06
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
7
|
Subjek
07
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
8
|
Subjek
08
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
9
|
Subjek
09
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
10
|
Subjek
10
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
11
|
Subjek
11
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
12
|
Subjek
12
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
13
|
Subjek
13
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
14
|
Subjek
14
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
15
|
Subjek
15
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
16
|
Subjek
16
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
17
|
Subjek
17
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
18
|
Subjek
18
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
19
|
Subjek
19
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
20
|
Subjek
20
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
21
|
Subjek
21
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
22
|
Subjek
22
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
23
|
Subjek
01
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
24
|
Subjek
02
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
25
|
Subjek
03
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
26
|
Subjek
04
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
27
|
Subjek
05
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
28
|
Subjek
06
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
29
|
Subjek
07
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
30
|
Subjek
08
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
31
|
Subjek
09
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
32
|
Subjek
10
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
33
|
Subjek
11
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
34
|
Subjek
12
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
Keterangan:
Nilai 4
: Baik
Nilai 3
: Cukup Baik
Nilai 2
: Kurang Baik
Nilai 1
: Tidak Baik
Selain itu, hasil belajar siswa pada
siklus I pun mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena adanya
perubahan pada aktivitas belajar siswa.Berdasarkan evaluasi siklus I, diperoleh
nilai hasil belajar siswa seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Nilai Hasil
Belajar Siswa pada Siklus 1
No.
|
Nama Siswa
|
Sesudah PTK Siklus 1
|
||
Tuntutan 1
|
Tuntutan 2
|
NK
|
||
1
|
Subjek 01
|
20
|
49
|
69
|
2
|
Subjek 02
|
18
|
42
|
70
|
3
|
Subjek 03
|
17
|
43
|
70
|
4
|
Subjek 04
|
16
|
52
|
68
|
5
|
Subjek 05
|
20
|
50
|
70
|
6
|
Subjek 06
|
20
|
55
|
75
|
7
|
Subjek 07
|
18
|
50
|
68
|
8
|
Subjek 08
|
15
|
46
|
61
|
9
|
Subjek 09
|
20
|
65
|
85
|
10
|
Subjek 10
|
20
|
40
|
60
|
11
|
Subjek 11
|
19
|
51
|
70
|
12
|
Subjek 12
|
15
|
43
|
58
|
13
|
Subjek 13
|
20
|
56
|
76
|
14
|
Subjek 14
|
23
|
66
|
89
|
15
|
Subjek 15
|
13
|
42
|
55
|
16
|
Subjek 16
|
13
|
44
|
57
|
17
|
Subjek 17
|
13
|
55
|
58
|
18
|
Subjek 18
|
24
|
66
|
90
|
19
|
Subjek 19
|
14
|
43
|
57
|
20
|
Subjek 20
|
13
|
47
|
60
|
21
|
Subjek 21
|
14
|
43
|
57
|
22
|
Subjek 22
|
13
|
47
|
60
|
23
|
Subjek 01
|
20
|
49
|
69
|
24
|
Subjek 02
|
18
|
42
|
70
|
25
|
Subjek 03
|
17
|
43
|
70
|
26
|
Subjek 04
|
16
|
52
|
68
|
27
|
Subjek 05
|
20
|
50
|
70
|
28
|
Subjek 06
|
20
|
55
|
75
|
29
|
Subjek 07
|
18
|
50
|
68
|
30
|
Subjek 08
|
15
|
46
|
61
|
31
|
Subjek 09
|
20
|
65
|
85
|
32
|
Subjek 10
|
20
|
40
|
60
|
33
|
Subjek 11
|
19
|
51
|
70
|
34
|
Subjek 12
|
15
|
43
|
58
|
Pada tabel di atas,
diketahui keseluruhan siswa memperoleh nilai hasil belajar lebih dari kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu nilai 55.
Untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran siklus I,
telah dilakukan refleksi terhadap kinerja guru dan siswa, yang dilakukan secara
kolaborasi antara guru pelaksana tindakan dan pengamat.Adapun hasilnya, sebagai
berikut.
1.
Kinerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran IPA tentang materi ajar memahami berbagai
bentuk energiyang
disajikan dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siklus I, diketahui
meningkat. Peningkatan kinerja guru tersebut ditunjukkan oleh kemampuannya
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya. Berdasarkan hasil penilaian kedua
orang pengamat, diperoleh rata-rata nilai cukup mampu untuk masing-masing tahap
dalam proses pembelajaran tersebut.
2.
Kinerja
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA tentang materi ajar memahami berbagai
bentuk energiyang
disajikan dengan menggunakan pendekatan kontekstualpada siklus I, diketahui
meningkat. Hal ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi
masing-masing siswa yang sebelumnya banyak yang tidak partisipasi, tidak
berminat, tidak perhatian, dan tidak bermotivasi setelah melalui penggunaanpendekatan
kontekstual menjadi meningkat pada kategori kedua dan ketiga. Dari 34 orang
siswa, yang sebelumnya diketahui ada 20 orang yang tidak partisipasi, tidak
berminat, tidak perhatian, dan tidak bermotivasi meningkat menjadi kurang
partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi.
Sementara itu, 14 orang siswa lainnya yang sebelumnya diketahui kurang
partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi menjadi
cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup bermotivasi.
Perubahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian pengamat, seperti tertuang
pada tabel 4.2.
3.
Dari
34 orang siswa diketahui ada 24 orang (70,58%) yang dinyatakan cukup mampu
memenuhi tuntutan pembelajaran.
Sementara itu, selebihnya dari mereka, yakni 10 orang siswa (29,42%)
dinyatakan kurang mampu memenuhi tuntutan pembelajaran.
4.
Belum
mencapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih
disebabkan karena masing-masing belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar
berdasarkan pendekatan kontekstual. Oleh karena itu, masih banyak siswa yang
dinilai kurang mampu memenuhi tuntutan pembelajaran. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka pada PTK siklus II, akan diupayakan hal-hal berikut.
1)
Persiapan
guru harus ditingkatkan, terutama dalam memahami langkah-langkah pengelolaan
proses pembelajaran berdasarkan tuntutan pendekatan kontekstual.
2)
Guru
harus mampu mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang sudah cukup baik dalam
mengelola proses pembelajaran siklus I. Guru harus mampu meningkatkan
partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Hal-hal yang dianjurkan untuk itu, di antaranya mengaktifkan
siswa melalui tanya jawab, pemberian tugas secara kelompok, pemberian
penghargaan dan sanksi kepada siswa yang layak untuk mendapatkannya.
3)
Kinerja
siswa meski meningkat, tetapi belum mencapai harapan, baik dilihat dari
partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi. Hal ini lebih disebabkan oleh
karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar berdasarkan pendekatan
kontekstual. Oleh karena itu, kepada siswa disarankan agar siklus II mulai
membiasakan diri dengan langkah-langkah belajar bermakna. Adapun caranya untuk
itu, yakni sebagai berikut.
(1)
Miliki
persiapan fisik dan mental, agar dapat berkonsentrasi pada langkah-langkah
belajar yang akan dijelaskan guru.
(2)
Bertanyalah
kepada guru apabila ada di antara langkah-langkah belajar yang kurang dan atau
belum dipahami dengan baik. Tidak usah ragu apalagi merasa malu untuk itu.
(3)
Belajarlah
secara sungguh-sungguh, yang ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara
aktif, pusatkan perhatian pada apa yang sedang dipelajari, minat dan motivasi
belajar terus tingkatkan dengan cara fokus pada tujuan yang ingin dicapai
setelah mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, berusahalah untuk mencapai
penghargaan yang akan diberikan guru, dan takutlah dengan sanksi yang akan
diberikannya apabila kurang baik dalam proses dan hasil belajar.
(4)
Saling
belajarlah dengan baik, karena masing-masing memiliki kelebihan yang sangat
diperlukan oleh yang lain. Berjiwa lapanglah dalam memberi dan menerima masukan
yang ditujukan untuk kebaikan.
b.
Hasil Penelitian
Siklus II
Pelaksanaan
IPA
tentang materi ajar memahami berbagai bentuk energiyang disajikan
dengan menggunakan pendekatan kontekstualpada siklus II, dapat berlangsung
dengan baik, seperti yang telah direncanakan.Aktivitas belajar siswa tampak
lebih bermakna, baik pada saat mengonstruksi materi yang sedang dibahas oleh
guru maupun pada saat belajar mengonstuksi secara bertahap tuntutan
pembelajaran.Pada siklus II ini tidak lagi terlihat adanya siswa yang tinggal
diam tidak turut ambil bagian dalam pembelajaran.Banyak siswa yang sebelumnya
enggan untuk bertanya sehubungan dengan kekurangpahamannya terhadap materi yang
dipelajari, mereka mau bertanya.Adanya perubahan aktivitas belajar siswa pada
siklus II ini tidak terlepas dari upaya yang dilakukan guru. Untuk itu, guru
bukan saja memberikan bimbingan dan arahan tetapi selalu memotivasi dan
memfasilitasi apa yang diperlukan oleh siswa sehingga dapat memenuhi tuntutan
pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan, penilaian, dan catatan dari kedua
orang pengamat, menunjukkan sebagai berikut.
1.
Aktivitas
guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, mulai terbiasa dengan langkah-langkah
prapembelajaran IPA
tentang materi ajar memahami berbagai bentuk energiberdasarkan pendekatan
kontekstual. Guru dan siswa sudah tidak merasa kaku lagi, sehingga kegiatan
awal dapat berlangsung cukup baik dari sebelumnya (kegiatan awal pada PTK
siklus 1).
2.
Guru
cukup berhasil memotivasi siswa, dengan cara akan memberikan penghargaan (reward) bagi siapa saja di antara siswanya
yang berhasil mencapai hasil belajar lebih baik, dan kepada siswa yang kurang
berhasil akan diberikan sanksi berupa pemberian tugas individu yang akan
ditentukan nanti setelah proses pembelajaran siklus II berlangsung. Melalui
upaya tersebut, ada perubahan pada sikap siswa yang ditunjukkan oleh
partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajarnya pada tahap pratindakan.
3.
Pada
kegiatan inti siklus II, peran guru dan siswa sudah cukup mengenai sasaran.
Guru tidak lagi menghabiskan waktu untuk menyajikan materi, melainkan lebih
banyak membimbing dan mengarahkan siswa pada proses belajar yang sebenarnya
dalam memenuhi tuntutan pembelajaran. Demikian pun dengan proses belajar siswa,
tampak lebih baik dari sebelumnya, yang ditunjukkan oleh partisipasi masing-masing,
perhatian terhadap penjelasan guru dan tugas, minat dan motivasi mengikuti
proses pembelajaran. Tidak diketahui lagi adanya siswa yang kurang
bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari yang sebelumnya
segan untuk bertanya kepada guru, pada siklus II sudah mulai banyak siswa yang
berani bertanya kepada guru, terutama
tentang cara-cara memenuhi tuntutan pembelajaran.
4.
Terhadap
siswa yang mengalami kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran,
guru memberikan jalan keluar dengan cara memahamkan siswa pada tuntutan
tersebut. Sebelum siswa dapat keluar dari kesulitannya, guru belum beranjak
dari tempat duduk siswa yang bersangkutan. Tindakan ini, disambut dengan baik
oleh siswa, dan karena itu pula yang bersangkutan dapat belajar lebih baik
dalam suasana yang menyenangkan.
5.
Guru
sudah mampu menebar pandangan kepada seluruh siswa, yang ditunjukkan oleh
perhatiannya pada siapa saja yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi tuntutan
pembelajaran, maka segeralah ia membantu mencarikan jalan keluarnya hingga
lepas dari kesulitan tersebut.
6.
Saat
siswa sedang memenuhi tuntutan pembelajaran, guru berusaha memfasilitasi apa
yang dibutuhkan siswa. Oleh karena itu, proses belajar siswa tampak lebih
menyenangkan daripada sebelumnya.
Melengkapi
catatan hasil pengamatan di atas, berikut ini disertakan penilaian para
pengamat terhadap kemampuan guru dalam mengelola IPA tentang materi ajar memahami berbagai
bentuk energiyang
disajikan dengan menggunakan pendekatan kontekstualdi siklus II, seperti
tertuang pada tabel berikut.
Tabel 4
Penilaian
Pengamat terhadap Kemampuan Guru
dalam Mengelola Proses Pembelajaran Siklus II
No.
|
Indikator Kemampuan
|
Nilai Pengamat 1
|
Nilai Pengamat 2
|
||
Kuantitas
|
Kualitas
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1
|
Kemampuan menguasai kondisi
awal pembelajaran
|
75
|
Cukup
Mampu
|
74
|
Cukup
Mampu
|
2
|
Kemampuan menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran
|
75
|
Cukup
Mampu
|
75
|
Cukup
Mampu
|
3
|
Kemampuan memotivasi siswa
di awal pembelajaran.
|
75
|
Cukup Mampu
|
70
|
Cukup
Mampu
|
4
|
Kemampuan mengondisikan
siswa untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
|
75
|
Cukup
Mampu
|
72
|
Cukup
Mampu
|
5
|
Kemampuan menyajikan materi
pembelajaran
|
75
|
Cukup
Mampu
|
73
|
Cukup
Mampu
|
6
|
Kemampuan bertanya kepada
siswa dan menjawab pertanyaan dari siswa.
|
75
|
Cukup
Mampu
|
74
|
Cukup
Mampu
|
7
|
Kemampuan membimbing dan
mengarahkan siswa dalam belajar.
|
75
|
Cukup
Mampu
|
71
|
Cukup
Mampu
|
8
|
Kemampuan membahas tugas.
|
70
|
Cukup
Mampu
|
72
|
Cukup
Mampu
|
9
|
Kemampuan memberikan
penghargaan kepada siswa yang unggul dalam kemampuan memenuhi tuntutan
pembelajaran.
|
70
|
Cukup
Mampu
|
75
|
Cukup
Mampu
|
10
|
Kemampuan memberi simpulan
sehubungan dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan kepada siswa.
|
70
|
Cukup
Mampu
|
74
|
Cukup
Mampu
|
11
|
Kemampuan melaksanakan
evaluasi dan mengawasi jalannya evaluasi.
|
70
|
Cukup
Mampu
|
73
|
Cukup
Mampu
|
12
|
Kemampuan memberikan bahan
tindak lanjut.
|
70
|
Cukup
Mampu
|
72
|
Cukup
Mampu
|
13
|
Kemampuan menutup kegiatan
pembelajaran.
|
72
|
Cukup
Mampu
|
75
|
Cukup
Mampu
|
Jumlah
|
947
|
|
950
|
|
|
Rata-rata
|
72,9
|
|
73,1
|
|
Keterangan :
Nilai 76, 00 - 100,00, berarti mampu
Nilai 56,00 -
75,00, berarti cukup mampu
Nilai 26,00 -
55,00, berarti kurang mampu
Nilai 1,00
- 25,00, berarti tidak mampu
Bukan saja guru yang dinilai
kemampuannya, tetapi juga siswa dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran,
baik dilihat dari minat, perhatian, partisipasi, maupun motivasi, seperti
tertuang pada lembar observasi PTK siklus 2. Adapun hasil penilaian tersebut,
dituangkan pada tabel berikut.
Tabel 5
Penilaian Pengamat terhadap Kemampuan Siswa
dalam Mengikuti Proses Pembelajaran pada Siklus II
No.
|
Nama
|
Minat
|
Perhatian
|
Partisipasi
|
Presentasi
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Subjek
01
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
2
|
Subjek
02
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
3
|
Subjek
03
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
4
|
Subjek
04
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
5
|
Subjek
05
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
6
|
Subjek
06
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
7
|
Subjek
07
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
8
|
Subjek
08
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
9
|
Subjek
09
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
10
|
Subjek
10
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
11
|
Subjek
11
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
12
|
Subjek
12
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
13
|
Subjek
13
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
14
|
Subjek
14
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
15
|
Subjek
15
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
16
|
Subjek
16
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
17
|
Subjek
17
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
18
|
Subjek
18
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
19
|
Subjek
19
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
20
|
Subjek
20
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
21
|
Subjek
21
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
22
|
Subjek
22
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
23
|
Subjek
01
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
24
|
Subjek
02
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
25
|
Subjek
03
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
26
|
Subjek
04
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
27
|
Subjek
05
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
28
|
Subjek
06
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
29
|
Subjek
07
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
30
|
Subjek
08
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
31
|
Subjek
09
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
32
|
Subjek
10
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
33
|
Subjek
11
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
34
|
Subjek
12
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
|
|
√
|
|
Keterangan:
Nilai 4
: Baik
Nilai 3
: Cukup Baik
Nilai 2
: Kurang Baik
Nilai 1
: Tidak Baik
Selain
itu, melalui evaluasi pembelajaran siklus II dapat diketahui nilai kemampuan
untuk masing-masing siswa.Dari 34 orang siswa diketahui ada 31 orang (91,17%)
yang dinyatakan mampu memenuhi tuntutan pembelajaran. Sementara itu selebihnya
dari mereka, yakni 3 orang siswa (8,03%) dinyatakan
masih cukup mampu. Adanya nilai hasil
belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2, tampak seperti tertuang pada tabel
berikut.
Tabel 6
Nilai Hasil
Belajar Siswa pada Siklua II
Berdasarkan
hasil refleksi siklus II, dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan IPA tentang materi ajar
memahami berbagai bentuk energiyang disajikan dengan menggunakan pendekatan
kontekstualdi putaran ini.Adapun hasilnya, sebagai berikut.
1.
Kinerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran IPA tentang materi ajar memahami berbagai
bentuk energi
yang disajikan dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siklus II,
diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya. Peningkatan kinerja guru tersebut
ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya.
Berdasarkan hasil penilaian kedua orang pengamat, diperoleh rata-rata nilai
cukup mampu untuk masing-masing tahap dalam proses pembelajaran tersebut.
2.
Kinerja
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA tentang materi ajar memahami berbagai
bentuk energi
yang disajikan dengan menggunakan pendekatan kontekstualpada siklus II,
diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya. Hal ini diketahui dari
partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa yang sebelumnya
(pada siklus I) banyak yang kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian,
dan kurang bermotivasi setelah melalui penggunaan strategi menjadi meningkat
pada kategori ketiga dan keempat. Dari 34 orang siswa, diketahui ada 31 orang (91,17%)
yang sebelumnya kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang
bermotivasi meningkat menjadi cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian,
dan cukup bermotivasi. Sementara itu, 3 orang siswa (8,03%) lainnya yang
sebelumnya diketahui cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup
bermotivasi menjadi mampu berpartisipasi, minatnya lebih tinggi, mampu memperhatikan,
dan lebih bermotivasi. Perubahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian
pengamat, seperti tertuang pada tabel 4.5.
3.
Dari
34 orang siswa diketahui secara keseluruhan dinyatakan tuntas.
4.
Cukup
tercapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih
disebabkan karena masing-masing sudah terbiasa dengan langkah-langkah belajar mengajar
berdasarkan pendekatan kontekstual.
c. Pembahasan
Setelah
melakukan penelitian dan menganalisis hasilnya, terbuktilah bahwa penerapan pendekatan
kontekstualdapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA
tentang materi ajar memahami berbagai bentuk energi. Peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa tidak saja terjadi pada siklus II tetapi pada
siklus I pun seluruh siswa mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik dari
sebelum diterapkan metode ini.
Meningkatnya
aktivitas belajar siswa pada siklus I ditandai oleh partisipasi, perhatian,
minat, dan motivasi belajar yang cukup tinggi.Oleh karena itu, hasil belajar
masing-masing siswa pada siklus I mencapai kriteria ketuntasan minimal.Namun,
hasil tersebut masih dianggap kurang memuaskan bagi guru dan juga siswa.Atas
dasar itu, maka dilaksanakan kembali siklus II.Adanya peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus I, tidak terlepas dari
meningkatnya eksistensi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa kembali terjadi pada pembelajaran siklus
II.Partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajar siswa pada siklus II
ini, jauh lebih baik daripada siklus I. Sehingga hasil belajarnya pun turut
meningkat lebih baik.Bahkan keseluruhan siswa perolehan nilainya melebihi nilai
kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.Hal ini pun tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan hasil usaha guru.
Dengan demikian, penerapan pendekatan
kontekstualuntuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran IPA tentang materi ajar
memahami berbagai bentuk energi yang disajikan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, dinyatakan berakhir pada siklus II. Hal ini karena baik guru
maupun siswa sudah merasa puas dengan peningkatan yang terjadi pada siklus
akhir ini.
H. Simpulan
Setelah
melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian, dapat diambil suatu simpulan
guna menjawab pokok masalah penelitian, yakni sebagai berikut.
1. Penggunaan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran IPA tentang materi ajar memahami berbagai bentuk energimenempuh empat
tahapan, yakni: (1) merencanakan KBM, (2) melaksanakan KBM, (3) mengevaluasi
kemampuan siswa, dan (4) menindaklanjuti hasil evaluasi. Keempat tahapan
tersebut dapat dilalui dengan baik oleh guru dan siswa kelas V SD Negeri 2
Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
2. Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang
memahami berbagai bentuk energi meningkat setelah digunakan pendekatan
kontekstual.
I. Daftar Pustaka
Amat, Mukadis. 2006. Pengorganisasian Isi Pembelajaran Tipe
Prosedural. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2005.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arief, Aminudin. 1989. Dinamika
Kegiatan dalam Strategi Belajar Mengajar. Malang: LSW.
Dengeng, I Nyoman
Sudana. 2000. Peran Teknologi Pembelajaran di Era Kesemrawutan Global, Makalah
Seminar Nasional Teknologi Pendidikan. Jakarta: Forum Komunikasi
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan UNJ.
……………………………….,1989. Ilmu
Pembelajaran Taksonomi Variabel. Jakarta:Depdikbud, Dirjen Dikti:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi.
……………………………….,1988. Pengorganisasian
Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan Pengaruhnya terhadap Perolehan
Belajar Informasi Verbal dan Konsep. Disertasi untuk Memperoleh Gelar
Doktor di Bidang Teknologi Pengajaran. Malang:FPS IKIP Malang.
Dimyati, M. 1989. Landasan
Kependidikan. Jakarta:Dirjen Dikti Depdikbud RI.
Dimyati, M. dan
Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne, R. M. 1986. The Condition of Learning. New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Gagne, R.M &
Briggs, J.L. 1988. Principles of Instuctional
Technology Second Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Herawati, Susilo. 2006. Pelaporan Penelitian Tindakan Kelas.
Malang: LSW.
Hermawan, Asep. 2007. Strategi Belajar Mengajar Berorientasi
Contextual Teaching and Learning. Ciamis: Universitas Galuh Press.
Lemlit, U.M. 2006.Pedoman Penyusunan Proposal dan Laporan
Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LPUNM.
Millis, Jamie D. 2005. Teaching
The Mixed Model Design. www. Findarticles.com/p/articles/ml.qa3673/2005ai-nl3633258.
Saifudin, Anwar. 1998. Sikap
Manusia Teori dan Pengukurannya. Yagyakarta: Liberty.
Sa’dun, Akbar. 2006. Penyusunan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suhadi, Ibnu. 2006. Dinamika Pembelajaran Berorientasi Pendekatan
kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, B. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses
Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:Bumi
Aksara.
Winkel, WS. 1983. Psikologi
Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.