A.
Judul
Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Slogan pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Legokjawa
B.
Nama
Penulis
Sukaedah, S.Pd.,SD.
C.
Abstrak
dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Pembelajaran
Menulis Slogan, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Pembelajaran menulis slogan yang telah
dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2011/2012 pada semester 2 menunjukkan
kurang berhasil, baik dilihat dari sisi proses maupun hasil. Siswa yang
mengalami kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, tidak sedikit.
Hal ini disebabkan oleh pendekatan yang digunakan guru dalam pengelolaan proses
pembelajaran, kurang tepat. Hal ini dirasakan sekali oleh guru.Untuk mengatasi
masalah tersebut, digunakan model pembelajaran konstruktivisme. Model
pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu model yang memusatkan
perhatian pada proses belajar siswa agar mengalami sendiri setiap tuntutan
pembelajaran secara bermakna. Tugas guru dalam rangka itu bukan saja
memfasilitasi tetapi juga innovator, motivator, dan mediator bagi siswa saat
sedang menempuh tahapan-tahapan pembelajaran menulis slogan berdasarkan
langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme.Penerapan model tersebut
menempuh dua siklus PTK.Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yang ditempuh
secara kolaborasi dengan teman sejawat.Keempat tahapan dimaksud, yakni
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Setelah melakukan
serangkaian kegiatan penelitian, terbukti penggunaan model pembelajaran
konstruktivismedapat meningkatkan kemampuan menulis slogan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2011/2012.Adanya
peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya kemampuan guru, baik dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan
siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh
peningkatan yang lebih baik.
D.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Upaya
meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran
menulis, sangatlah penting. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar pertimbangan
seruan ini, tentunya ditujukan kepada setiap guru yang mengampu mata pelajaran ini,
antara lain: (1) setiap siswa memiliki potensi tersendiri untuk melakukan
berbagai kegiatan kreatif secara aktif dan inovatif dalam memenuhi tuntutan
pembelajaran menulis; (2) potensi yang berbeda antarsiswa, menuntut adanya upaya
strategis, agar berlangsung proses belajar yang menyenangkan, yang diharapkan
hal ini akan berdampak pada berkembangkannya kemampuan mereka dalam memenuhi
setiap tuntutan pembelajaran menulis; (3) setiap tuntutan dalam pembelajaran
menulis menghendaki kemampuan tertentu, yang satu sama lain memiliki tingkat
kesulitan berbeda, dan ini tentunya memerlukan upaya profesional, agar setiap
siswa bisa terlepas dari kesulitannya; dan (4) hasil pembelajaran menulis
menunjukkan sebagian besar siswa kurang mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
Kondisi
tersebut, terbukti dalam pembelajaran menulis slogan yang telah diselenggarakan
guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, mayoritas siswa diketahui kurang
mampu memenuhi tuntutan pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil belajarnya
kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.Berdasarkan
hasil pengamatan guru bahwa selama proses pembelajaran sedang berlangsung,
antarsiswa tidak terjalin saling memberi dan menerima masukan positif
sehubungan dengan pemahaman masing-masing terhadap setiap tuntutan
pembelajaran.
Sesederhana
apapun konteks tulisan itu, tetap terikat oleh aturan, termasuk dalam menulis slogan.Tidak
sedikit siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawayang menghadapi kesulitan dalam
memenuhi setiap aturan di dalamnya. Seandainya saja proses pembelajaran menulis
sloganberlangsung kurang baik, bisa jadi masalah ini menimbulkan konflik yang
tidak diharapkan, seperti antarsiswa tidak terjadi saling belajar, dan mereka
enggan untuk bertanya kepada guru, karena ruang geraknya terbatas. Persoalan
ini, mengindikasikan telah terjadi kevakuman bukan saja antarsiswa tetapi juga
antara guru dengan siswa. Jelas, konteks kegiatan belajar mengajar ini tidak
sesuai dengan tuntutan standar proses, yang mana ini merupakan bagian dari
standar nasional pendidikan. Menurut Mulyasa (2008: 25) “Standar proses adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan”. Ada beberapa
indikator dari tuntutan di dalamnya yang dikemukan Mulyasa (2008: 25), sebagai
bahan pemikiran bagi guru, tiga di antaranya tertulis berikut.
1. Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
2. Dalam
proses pembelajaran, pendidik memberikan keteladan.
3. Pelaksanaan
proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Berdasarkan
kondisi dan tuntutan di atas, diperoleh suatu pemikiran bahwa proses dan hasil
belajar siswa sangat bergantung pada pengelolaan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Apabila setiap proses pembelajaran dikelola dengan
memperhatikan ketiga tuntutan tersebut, bukan hanya proses bejalar siswa saja
yang akan bermakna, hasil belajarnyapun kuat kemungkinan dapat mencapai sasaran
yang diinginkan. Sangat mungkin kekurangberhasilan proses pembelajaran menulis
slogan yang sudah diselenggarakan guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa,
terkait dengan masalah pengelolaan. Komponen yang sangat erat kaitannya dengan
pengelolaan proses pembelajaran, selain komponen guru dan siswa, adalah pendekatan
yang digunakan, sebagaimana dikemukakan Iskandarwassid (2010:79) yang dikutip
berikut.
Dalam proses pembelajaran,
komponen guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan mencapai target yang
diinginkan. Selain itu, komponen pendekatan yang diterapkan pun tidak kalah
penting, karena komponen ini menyangkut stabilitas guru dan siswa dalam KBM
guna mencapai kualitas yang diharapkan.
Bertolak
dari persoalan itu dan tuntutan harus adanya upaya strategis untuk
mengatasinya, penulis merasa terdorong untuk melakukan perbaikan mutu proses
dan hasil pembelajaran menulis sloganmelalui alur penelitian tindakan kelas.
b.
Identifikasi
Masalah
Keberhasilan pembelajaran menulis
slogan, termasuk yang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa kelas V SD Negeri
2 Legokjawasangat bergantung pada berbagai komponen yang dinilai vital di
dalamnya. Termasuk dalam komponen tersebut, yaitu pemilihan model pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi guru dan siswa serta tuntutan kompetensi dasar. Kekurangtepatan
dalam pemilihan model pembelajaran bukan saja akan berdampak pada kinerja guru
menjadi kurang efektif dan efisien tetapi juga pada kinerja siswa akan menjadi
kurang respon terhadap setiap tuntutan kompetensi dasar. Itu sebabnya tujuan
pembelajaran kurang tercapai dengan baik oleh setiap siswa, termasuk siswa
kelas V SD Negeri 2 Legokjawa.
Berdasarkan hasil refleksi awal bersama
dengan teman sejawat, apa yang menjadi faktor penyebab proses pembelajaran menulis
slogankurang berhasil mengantarkan seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa,
yakni dampak dari pemilihan model pembelajaran yang diupayakan guru kurang
tepat. Hal ini bukan saja telah berdampak terhadap kinerja guru menjadi kurang efektif
dan efisien dalam membelajarkan siswa, tetapi juga terhadap kinerja siswa
menjadi kurang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan ketika
mempelajari setiap tuntutan pembelajaran, yang pada akhirnya banyak di antara
mereka yang kurang berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
telah ditetapkan. Dari 41 orang siswa di kelas ini, hanya 8 orang siswa saja
(19,51%) yang dinyatakan mampu memenuhi tuntutan kriteria tersebut. Sementara
selebihnya dari mereka, yakni 34 orang siswa (80,49%) dinyatakan kurang
berhasil mencapainya. Sebab itulah, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran menulis
sloganyang berorientasi pada sebuah model yang tepat.
Untuk mengatasi masalah di atas,
diupayakan penggunaan model konstruktivisme. Pemilihan model pembelajaran ini
terinspirasi oleh hasil temuan para dan yang telah mengujicobakan keunggulannya
dalam mengatasi persoalan yang sama. Penggunaan model pembelajaran tersebut
untuk mengatasi masalah ini akan menempuh prosedur penelitian tindakan kelas,
yang direncanakan dalam tiga siklus. Besar harapan setelah upaya ini dilakukan
kinerja guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa mengalami perubahan ke
arah yang diharapkan.
c.
Rumusan
Masalah
Bertolak
dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
langkah-langkah menggunakan model pembelajaran konstruktivisme untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis slogan?
2. Apakah
kemampuan siswa dalam menulis slogan meningkat setelah digunakan model
pembelajaran konstruktivisme?
d.
Pemecahan
Masalah
Pemecahan
masalah yang dihadapi guru untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD Negeri
2 Legokjawa dalam menulis slogan akan diupayakan melalui penggunaan model
pembelajaran konstruktivisme. Untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya kerjasama
yang sinergis antara guru dan siswa, dan juga antara guru pelaksana tindakan
dengan teman sejawat yang berperan sebagai kolabolator.
Penggunaan
model pembelajaran konstruktivisme dalam memecahkan masalah tersebut didasarkan
pada pertimbangan teoretis-praktis sebagai berikut.
1. Secara
teoretis, Sanjaya (dalam Saud, 2008: 162) mengemukakan sebagai berikut.
1) Model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh
dalam proses pembelajaran.
2) Model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu konsepsi belajar mengajar
yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran
dengan situasi dunia nyata, memotivasi siswa untuk belajar lebih baik agar
berhasil mencapai tujuan.
3) Adanya
tiga prinsip utama dalam model
pembelajaran konstruktivisme, yaitu saling
ketergantungan,
diferensiasi, dan
pengorganisasian. Melalui ketiga prinsip ini, proses pembelajaran
berlangsung secara bermakna bagi siswa dan guru akan memperoleh kemudahan pada
saat membelajarkannya.
2. Secara praktis, model
pembelajaran konstruktivisme belum didayagunakan sebagaimana mestinya cara
tepat oleh para guru yang mengajar di kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, khususnya dalam
pembelajaran menulis slogan.
e.
Tujuan
Penelitian
Tujuan mengadakan penelitian ini,
yaitu untuk:
1. meningkatkan
kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran menulis slogan;
2. meningkatkan
kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis slogan;
3. mengetahui
efektivitas penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan
kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran menulis slogan;
4. mengetahui
efek positif penggunaan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis slogan.
f.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
masalah penelitian dan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut “Kemampuan
siswa dalam menulis slogan meningkat setelah digunakan model pembelajaran
konstruktivisme”.
E.
Kajian
Teori
a. Menulis Slogan
Slogan
adalah perkataan atau kalimat pendek yang menarik dan menyolok serta mudah
diingat untuk memberikan sesuatu (KBBI, 2002:1080).Slogan biasanya ditulis
dengan kalimat pendek yang menarik, kata-kata singkat, dan jelas.
b. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Sa’ud (2008:173), tahapan model pembelajaran konstruktivisme,
meliputi empat tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan
solusi, dan pengambilan tindakan.
Tahapan pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Tahap invitasi,
siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang
dipelajari. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang
problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep
yang dibahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan
untuk mengomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
2.
Tahap eksplorasi,
siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui
pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok
siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang dibahas. Secara
keseluruhan, tahapan ini akan memenuhi rasa keingintahuan
sista terhadap fenomena di lingkungan sekelilingnya.
3.
Tahap
penjelasan dan solusi, saat siswa
memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya
ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan atau ringkasan.
4.
Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membukat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan,
berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan
saran, baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan
masalah.
F.
Metodologi
Penelitian
a.
Tempat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2Legokjawa, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis.Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran menulis slogan pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.
b.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2011/2012, yaitu bulan Januari
sampai dengan Maret 2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar
mengajar efektif di kelas.
c.
Siklus
PTK
PTK ini dilaksanakan melalui duasiklus
untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis
sloganberdasarkan model pembelajaran konstruktivisme.
d.
Prosedur
Penelitian
Alur penelitian ini menempuh
prosedur penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan pembelajaran
yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan, teman sejawat
dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan,
antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi.
G.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a.
Hasil
Penelitian Siklus I
Pelaksanaan
pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme pada siklus I, sudah dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas V
SD Negeri 2 Legokjawa.Tidak setiap tahapan yang direncanakan dapat dilaksanakan
oleh guru dan siswa.Namun, cukup membawa peruabahan pada aktivitas dan hasil
belajar siswa.Berdasarkan catatan hasil pengamatan yang telah dilakukan teman
sejawat, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa yang menunjukkan kebermaknaannya dalam
memenuhi setiap tuntutan proses pembelajaran yang diharapkan, masih kurang
sesuai dengan tahapan-tahapan belajar yang sudah direncanakan. Hal ini
disebabkan oleh guru belum terbiasa mengelola pembelajaran berdasarkan pola model
pembelajaran konstruktivisme. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru tidak
dapat berbuat banyak.Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus I, yakni 16 orang
siswa (39,02%) mendapat nilai 7,5
atau 75, dan 25 orang siswa lainnya (60,08%) mendapat
nilai 8,13 atau 81.
2.
Hasil belajar siswa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis
sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada
siklus I cukup mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan, yakni 6,0 atau 60. Namun hasil belajar pada siklus I ini masih
dirasa kurang memuaskan.Perolehan nilai terkecil, yaitu 6,67 atau 66. Siswa
yang mendapat nilai tersebut ada 12 orang (29,26%). Perolehan nilai tertinggi,
yaitu 8,33 atau 83, yang diberikan kepada 11 orang siswa (26,82%). Selain itu,
ada 18 orang siswa (43,90%) yang memperoleh nilai 7,5 atau 75.
3.
Kekurangaktifan sebagian besar
siswa dalam pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme pada siklus I, disebabkan oleh aktivitas guru
dalam membelajarkan mereka. Dengan demikian, guru dinilai kurang mampu
mengelola pembelajaran menulis slogan yang disajikan dengan menggunakan pendekatan
tersebut.Tidak ada upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kekakuannya
itu.
b. Hasil Penelitian Siklus II
Proses pembelajaran menulis slogandengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme pada siklus II sudah dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Berdasarkan pengamatan dan penilaian serta catatan para pengamat,
aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan lebih baik dari
siklus I. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.
Siswa tampak lebih aktif, baik
pada saat belajar mengonstruksi materi ajar, belajar menemukan kesalahan
penulisan dalam karangan, belajar bertanya sehubungan dengan hal-hal yang
kurang dipahaminya kepada guru, belajar meniru model sehubungan dengan menulis
slogan, belajar bekerja sama dalam kelompok saat menyelesaikan bahan penugasan,
belajar merefleksi hasil pekerjaan, maupun pada saat belajar dinilai
kemampuannya secara nyata. Aktivitas belajar siswa bisa seperti ini karena
adanya bimbingan dan arahan secara intensif dari guru. Guru tidak lagi merasa
kaku, karena sebelumnya telah mempersiapkan segala sesuatunya, agar proses
pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme pada siklus II dapat berlangsung dengan baik. Atas dasar itu
pengamat memberikan penilaian seperti itu terhadap aktivitas belajar siswa. Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme pada siklus II, yakni 5 orang siswa (12,19%) mendapat nilai 8,13 atau 81, dan 36 orang siswa
lainnya (87,81%) mendapat nilai 8,75 atau 87.
2.
Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menulis
sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada
siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari nilai evaluasi yang
diperoleh keseluruhan siswa lebih darikriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
telah ditetapkan, yakni 6,0 atau 60. Nilai terendah hasil belajar siswa pada
siklus II, yaitu 7,5 atau 75, sedangkan nilai tertinggi yang dicapai oleh
siswa, yaitu 9,17 atau 91. Nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut berada
di atas nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan
sekolah. Siswa yang memperoleh nilai 7,5 atau 75 hasil belajarnya sebanyak 10 orang (24,39%). Siswa yang meperoleh nilai
8,33 atau 83 hasil belajarnya sebanyak 16 orang (39,02%). Siswa yang memperoleh
nilai 9,17 atau 91 sebanyak 15 orang (36,58%).
3.
Keaktifan siswa dalam
pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme pada siklus II, disebabkan oleh aktivitas guru dalam mengelola
setiap tahapan meningkat ke arah yang diharapkan. Oleh karena itu, pada siklus
II tidak lagi ditemukan adanya siswa yang merasa kaku dalam menempuh setiap
tahapan pembelajaran. Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa adanya
peningkatan aktivitas guru dalam mengelola proses pembelajaran bukan saja telah
membawa dampak positif pada aktivitas belajar siswa tetapi juga terhadap hasil
belajarnya pun telah memberi dampak yang positif.
c. Pembahasan
Pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivismedilaksanakan dalam dua siklus.Sebelum guru dan
siswa melaksanakan pembelajaran menulis slogandengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme, mereka tidak berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, baik
dilihat dari sisi aktivitas maupun hasil belajar siswa.Sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari materi ajar menulis slogan.Hal ini
disebabkan oleh pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis
sloganpada saat itu, kurang tepat.Akibatnya, hasil belajar sebagian besar siswa
kurang memenuhi tuntutan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni 60. Siswa yang berhasil memenuhi tuntutan ini hanya
8 orang (19,51%). Sementara itu selebihnya dari mereka, yakni 33 orang siswa
(80,49%) dinyatakan kurang berhasil mencapainya.
Berbeda dengan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme, yang telah dilaksanakan dalam dua siklus.Pada siklus I, aktivitas
belajar siswa lebih bermakna.Kebermaknaan aktivitas belajar siswa pada siklus I
disebabkan oleh langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme.Dampak dari aktivitas
belajarnya itu, pada siklus I seluruh siswa mengalami peningkatan hasil belajar
dan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, meski peningkatannya
tidak begitu tinggi.Oleh karena itu, untuk lebih mengoftimalkan aktivitas dan
hasil belajarnya maka dilakukan siklus II.
Pada siklus II pembelajaran menulis sloganyang
disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme terjadi lagi
perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, baik dilihat dari aktivitas
maupun hasil belajarnya. Aktivitas belajar pada siklus II dirasakan siswa lebih
menyenangkan.Itu sebabnya, hasil belajar seluruh siswa pada siklus II lebih
baik daripada siklus I. Bahkan pada siklus II ini hasil belajar seluruh siswa
melebihi nilai KKM yang telah ditetapkan.Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan
melalui grafik berikut.
Grafik
1
NilaiAktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Grafik 1
Terjadinya peningkatan ke arah yang lebih baik pada aktivitas dan
hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis sloganyang disajikan
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, tidak lepas dari
dukungan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Dengan meningkatnya
aktivitas dan hasil belajar siswa pada dua siklus tersebut berarti pula
kemampuan guru pun meningkat, baik dalam merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan
menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
H. Simpulan
Setelah menyelesaikan penelitian
ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1.
Langkah-langkah penggunaan model
pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
slogan, yakni: (1) belajar mengonstruksi, (2) belajar bertanya, (3) belajar
menemukan, (4) belajar bekerja sama, (5) belajar dari model, (6) belajar
merefleksi, dan (7) belajar menilai sebenarnya.
2.
Kemampuan siswa dalam menulis
slogan, meningkat setelah digunakan model pembelajaran konstruktivisme.
I. Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta:Rineka
Cipta.
Darma, dkk. 2007. Manajemen Prestasi Belajar. Jakarta:Rajawali
Press.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Depdiknas.
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis
untuk SD, SMP, dan SMA. Yogyakarta: Pioner.
Hermawan,
Asep. 2010. Laporan Penelitian terhadap
Proses dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar (Studi Kasus di SD di Wilayah Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya).
Tidak Dipublikasikan.
Heryadi, Dedi. 2008. Metode Penelitian Tindakan Bahasa. Tasikmalaya:
Universitas Siliwangi.
Kunandar.
2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional dalam Menciptakan
Pembelajaran. Bandung:Rosda.
Mulyasa, E. 2006.Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Teori dan Implementasi). Bandung: Rosda.
Nasrulloh.2007. Otonomi Pendidikan dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi. Jakarta:Rajawali Press.
Nurhadi. 2003. Pendekatan Contextual Teaching and Learning.
Malang:IKIP Malang.
Rusyana, Yus.
1995. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan.
Bandung:Algensindo.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung:Prenada.
Sanjaya, Wina.
2007. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: Prenada.
Saud, S. U. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Suherli. 2010.
Menyusun Karya Ilmiah. Bandung:Yrama
Widya.
Sukidin. 2007.
Prosedur dan Implementasi Penelitian
Tindakan Kelas.
Jakarta:Depdiknas.
Suryatmaja. 2007. Belajar Berbahasa. Jakarta:Gramedia.
Tarigan, H.G. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Trianto. 2007. Model-pendekatan Berorientasi Konstruktivisme. Bandung: Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar