Sabtu, 05 Oktober 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Slogan pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Legokjawa



A.    Judul
Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Slogan pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Legokjawa
B.     Nama Penulis
Sukaedah, S.Pd.,SD.
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK

Kata Kunci: Pembelajaran Menulis Slogan, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Model Pembelajaran Konstruktivisme
         Pembelajaran menulis slogan yang telah dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2011/2012 pada semester 2 menunjukkan kurang berhasil, baik dilihat dari sisi proses maupun hasil. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, tidak sedikit. Hal ini disebabkan oleh pendekatan yang digunakan guru dalam pengelolaan proses pembelajaran, kurang tepat. Hal ini dirasakan sekali oleh guru.Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan model pembelajaran konstruktivisme. Model pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu model yang memusatkan perhatian pada proses belajar siswa agar mengalami sendiri setiap tuntutan pembelajaran secara bermakna. Tugas guru dalam rangka itu bukan saja memfasilitasi tetapi juga innovator, motivator, dan mediator bagi siswa saat sedang menempuh tahapan-tahapan pembelajaran menulis slogan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme.Penerapan model tersebut menempuh dua siklus PTK.Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yang ditempuh secara kolaborasi dengan teman sejawat.Keempat tahapan dimaksud, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian, terbukti penggunaan model pembelajaran konstruktivismedapat meningkatkan kemampuan menulis slogan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2011/2012.Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya kemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis, sangatlah penting. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar pertimbangan seruan ini, tentunya ditujukan kepada setiap guru yang mengampu mata pelajaran ini, antara lain: (1) setiap siswa memiliki potensi tersendiri untuk melakukan berbagai kegiatan kreatif secara aktif dan inovatif dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis; (2) potensi yang berbeda antarsiswa, menuntut adanya upaya strategis, agar berlangsung proses belajar yang menyenangkan, yang diharapkan hal ini akan berdampak pada berkembangkannya kemampuan mereka dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis; (3) setiap tuntutan dalam pembelajaran menulis menghendaki kemampuan tertentu, yang satu sama lain memiliki tingkat kesulitan berbeda, dan ini tentunya memerlukan upaya profesional, agar setiap siswa bisa terlepas dari kesulitannya; dan (4) hasil pembelajaran menulis menunjukkan sebagian besar siswa kurang mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
Kondisi tersebut, terbukti dalam pembelajaran menulis slogan yang telah diselenggarakan guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, mayoritas siswa diketahui kurang mampu memenuhi tuntutan pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil belajarnya kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.Berdasarkan hasil pengamatan guru bahwa selama proses pembelajaran sedang berlangsung, antarsiswa tidak terjalin saling memberi dan menerima masukan positif sehubungan dengan pemahaman masing-masing terhadap setiap tuntutan pembelajaran.
Sesederhana apapun konteks tulisan itu, tetap terikat oleh aturan, termasuk dalam menulis slogan.Tidak sedikit siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawayang menghadapi kesulitan dalam memenuhi setiap aturan di dalamnya. Seandainya saja proses pembelajaran menulis sloganberlangsung kurang baik, bisa jadi masalah ini menimbulkan konflik yang tidak diharapkan, seperti antarsiswa tidak terjadi saling belajar, dan mereka enggan untuk bertanya kepada guru, karena ruang geraknya terbatas. Persoalan ini, mengindikasikan telah terjadi kevakuman bukan saja antarsiswa tetapi juga antara guru dengan siswa. Jelas, konteks kegiatan belajar mengajar ini tidak sesuai dengan tuntutan standar proses, yang mana ini merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Menurut Mulyasa (2008: 25) “Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan”. Ada beberapa indikator dari tuntutan di dalamnya yang dikemukan Mulyasa (2008: 25), sebagai bahan pemikiran bagi guru, tiga di antaranya tertulis berikut.
1.      Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2.      Dalam proses pembelajaran, pendidik memberikan keteladan.
3.      Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Berdasarkan kondisi dan tuntutan di atas, diperoleh suatu pemikiran bahwa proses dan hasil belajar siswa sangat bergantung pada pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Apabila setiap proses pembelajaran dikelola dengan memperhatikan ketiga tuntutan tersebut, bukan hanya proses bejalar siswa saja yang akan bermakna, hasil belajarnyapun kuat kemungkinan dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Sangat mungkin kekurangberhasilan proses pembelajaran menulis slogan yang sudah diselenggarakan guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, terkait dengan masalah pengelolaan. Komponen yang sangat erat kaitannya dengan pengelolaan proses pembelajaran, selain komponen guru dan siswa, adalah pendekatan yang digunakan, sebagaimana dikemukakan Iskandarwassid (2010:79) yang dikutip berikut.
Dalam proses pembelajaran, komponen guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan mencapai target yang diinginkan. Selain itu, komponen pendekatan yang diterapkan pun tidak kalah penting, karena komponen ini menyangkut stabilitas guru dan siswa dalam KBM guna mencapai kualitas yang diharapkan.

Bertolak dari persoalan itu dan tuntutan harus adanya upaya strategis untuk mengatasinya, penulis merasa terdorong untuk melakukan perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran menulis sloganmelalui alur penelitian tindakan kelas.
b.      Identifikasi Masalah
Keberhasilan pembelajaran menulis slogan, termasuk yang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawasangat bergantung pada berbagai komponen yang dinilai vital di dalamnya. Termasuk dalam komponen tersebut, yaitu pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi guru dan siswa serta tuntutan kompetensi dasar. Kekurangtepatan dalam pemilihan model pembelajaran bukan saja akan berdampak pada kinerja guru menjadi kurang efektif dan efisien tetapi juga pada kinerja siswa akan menjadi kurang respon terhadap setiap tuntutan kompetensi dasar. Itu sebabnya tujuan pembelajaran kurang tercapai dengan baik oleh setiap siswa, termasuk siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa.
       Berdasarkan hasil refleksi awal bersama dengan teman sejawat, apa yang menjadi faktor penyebab proses pembelajaran menulis slogankurang berhasil mengantarkan seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, yakni dampak dari pemilihan model pembelajaran yang diupayakan guru kurang tepat. Hal ini bukan saja telah berdampak terhadap kinerja guru menjadi kurang efektif dan efisien dalam membelajarkan siswa, tetapi juga terhadap kinerja siswa menjadi kurang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan ketika mempelajari setiap tuntutan pembelajaran, yang pada akhirnya banyak di antara mereka yang kurang berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Dari 41 orang siswa di kelas ini, hanya 8 orang siswa saja (19,51%) yang dinyatakan mampu memenuhi tuntutan kriteria tersebut. Sementara selebihnya dari mereka, yakni 34 orang siswa (80,49%) dinyatakan kurang berhasil mencapainya. Sebab itulah, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran menulis sloganyang berorientasi pada sebuah model yang tepat.
Untuk mengatasi masalah di atas, diupayakan penggunaan model konstruktivisme. Pemilihan model pembelajaran ini terinspirasi oleh hasil temuan para dan yang telah mengujicobakan keunggulannya dalam mengatasi persoalan yang sama. Penggunaan model pembelajaran tersebut untuk mengatasi masalah ini akan menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang direncanakan dalam tiga siklus. Besar harapan setelah upaya ini dilakukan kinerja guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa mengalami perubahan ke arah yang diharapkan.
c.       Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah menggunakan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis slogan?
2.      Apakah kemampuan siswa dalam menulis slogan meningkat setelah digunakan model pembelajaran konstruktivisme?
d.      Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang dihadapi guru untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa dalam menulis slogan akan diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran konstruktivisme. Untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya kerjasama yang sinergis antara guru dan siswa, dan juga antara guru pelaksana tindakan dengan teman sejawat yang berperan sebagai kolabolator.
Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam memecahkan masalah tersebut didasarkan pada pertimbangan teoretis-praktis sebagai berikut.
1.    Secara teoretis, Sanjaya (dalam Saud, 2008: 162) mengemukakan sebagai berikut.
1)   Model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.
2)   Model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata, memotivasi siswa untuk belajar lebih baik agar berhasil mencapai tujuan.
3)   Adanya tiga prinsip utama dalam model pembelajaran konstruktivisme, yaitu saling ketergantungan, diferensiasi, dan pengorganisasian. Melalui ketiga prinsip ini, proses pembelajaran berlangsung secara bermakna bagi siswa dan guru akan memperoleh kemudahan pada saat membelajarkannya.
2.   Secara praktis, model pembelajaran konstruktivisme belum didayagunakan sebagaimana mestinya cara tepat oleh para guru yang mengajar di kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, khususnya dalam pembelajaran menulis slogan.
e.       Tujuan Penelitian
Tujuan mengadakan penelitian ini, yaitu untuk:
1.  meningkatkan kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran menulis slogan;
2.  meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis slogan;
3.  mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran menulis slogan;
4.  mengetahui efek positif penggunaan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis slogan.
f.       Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah penelitian dan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikutKemampuan siswa dalam menulis slogan meningkat setelah digunakan model pembelajaran konstruktivisme”.

E.     Kajian Teori
a.      Menulis Slogan
Slogan adalah perkataan atau kalimat pendek yang menarik dan menyolok serta mudah diingat untuk memberikan sesuatu (KBBI, 2002:1080).Slogan biasanya ditulis dengan kalimat pendek yang menarik, kata-kata singkat, dan jelas.
b.      Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Sa’ud (2008:173), tahapan model pembelajaran konstruktivisme, meliputi empat tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi,  dan pengambilan tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.  
1.      Tahap invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dipelajari. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
2.      Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang dibahas. Secara keseluruhan, tahapan ini akan memenuhi rasa keingintahuan sista terhadap fenomena di lingkungan sekelilingnya.
3.      Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan atau ringkasan.
4.      Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membukat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran, baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
F.     Metodologi Penelitian
a.      Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran menulis slogan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
b.      Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2011/2012, yaitu bulan Januari sampai dengan Maret 2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.
c.       Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui duasiklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis sloganberdasarkan model pembelajaran konstruktivisme.
d.      Prosedur Penelitian
Alur penelitian ini menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan, teman sejawat dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus I, sudah dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa.Tidak setiap tahapan yang direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa.Namun, cukup membawa peruabahan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.Berdasarkan catatan hasil pengamatan yang telah dilakukan teman sejawat, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1.      Aktivitas belajar siswa yang menunjukkan kebermaknaannya dalam memenuhi setiap tuntutan proses pembelajaran yang diharapkan, masih kurang sesuai dengan tahapan-tahapan belajar yang sudah direncanakan. Hal ini disebabkan oleh guru belum terbiasa mengelola pembelajaran berdasarkan pola model pembelajaran konstruktivisme. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru tidak dapat berbuat banyak.Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus I, yakni 16 orang siswa (39,02%) mendapat nilai 7,5 atau 75, dan 25 orang siswa lainnya (60,08%) mendapat nilai 8,13 atau 81.
2.      Hasil belajar siswa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus I cukup mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 6,0 atau 60. Namun hasil belajar pada siklus I ini masih dirasa kurang memuaskan.Perolehan nilai terkecil, yaitu 6,67 atau 66. Siswa yang mendapat nilai tersebut ada 12 orang (29,26%). Perolehan nilai tertinggi, yaitu 8,33 atau 83, yang diberikan kepada 11 orang siswa (26,82%). Selain itu, ada 18 orang siswa (43,90%) yang memperoleh nilai 7,5 atau 75.
3.      Kekurangaktifan sebagian besar siswa dalam pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus I, disebabkan oleh aktivitas guru dalam membelajarkan mereka. Dengan demikian, guru dinilai kurang mampu mengelola pembelajaran menulis slogan yang disajikan dengan menggunakan pendekatan tersebut.Tidak ada upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kekakuannya itu.
b.      Hasil Penelitian Siklus II
Proses pembelajaran menulis slogandengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus II sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Berdasarkan pengamatan dan penilaian serta catatan para pengamat, aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan lebih baik dari siklus I. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.        Siswa tampak lebih aktif, baik pada saat belajar mengonstruksi materi ajar, belajar menemukan kesalahan penulisan dalam karangan, belajar bertanya sehubungan dengan hal-hal yang kurang dipahaminya kepada guru, belajar meniru model sehubungan dengan menulis slogan, belajar bekerja sama dalam kelompok saat menyelesaikan bahan penugasan, belajar merefleksi hasil pekerjaan, maupun pada saat belajar dinilai kemampuannya secara nyata. Aktivitas belajar siswa bisa seperti ini karena adanya bimbingan dan arahan secara intensif dari guru. Guru tidak lagi merasa kaku, karena sebelumnya telah mempersiapkan segala sesuatunya, agar proses pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus II dapat berlangsung dengan baik. Atas dasar itu pengamat memberikan penilaian seperti itu terhadap aktivitas belajar siswa. Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus II, yakni 5 orang siswa (12,19%) mendapat nilai 8,13 atau 81, dan 36 orang siswa lainnya (87,81%) mendapat nilai 8,75 atau 87.
2.      Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari nilai evaluasi yang diperoleh keseluruhan siswa lebih darikriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 6,0 atau 60. Nilai terendah hasil belajar siswa pada siklus II, yaitu 7,5 atau 75, sedangkan nilai tertinggi yang dicapai oleh siswa, yaitu 9,17 atau 91. Nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut berada di atas nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan sekolah. Siswa yang memperoleh nilai 7,5 atau 75 hasil belajarnya sebanyak  10 orang (24,39%). Siswa yang meperoleh nilai 8,33 atau 83 hasil belajarnya sebanyak 16 orang (39,02%). Siswa yang memperoleh nilai 9,17 atau 91 sebanyak 15 orang (36,58%).
3.      Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus II, disebabkan oleh aktivitas guru dalam mengelola setiap tahapan meningkat ke arah yang diharapkan. Oleh karena itu, pada siklus II tidak lagi ditemukan adanya siswa yang merasa kaku dalam menempuh setiap tahapan pembelajaran. Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa adanya peningkatan aktivitas guru dalam mengelola proses pembelajaran bukan saja telah membawa dampak positif pada aktivitas belajar siswa tetapi juga terhadap hasil belajarnya pun telah memberi dampak yang positif.
c.       Pembahasan
Pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivismedilaksanakan dalam dua siklus.Sebelum guru dan siswa melaksanakan pembelajaran menulis slogandengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, mereka tidak berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, baik dilihat dari sisi aktivitas maupun hasil belajar siswa.Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi ajar menulis slogan.Hal ini disebabkan oleh pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis sloganpada saat itu, kurang tepat.Akibatnya, hasil belajar sebagian besar siswa kurang memenuhi tuntutan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni 60.  Siswa yang berhasil memenuhi tuntutan ini hanya 8 orang (19,51%). Sementara itu selebihnya dari mereka, yakni 33 orang siswa (80,49%) dinyatakan kurang berhasil mencapainya.
Berbeda dengan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, yang telah dilaksanakan dalam dua siklus.Pada siklus I, aktivitas belajar siswa lebih bermakna.Kebermaknaan aktivitas belajar siswa pada siklus I disebabkan oleh langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme.Dampak dari aktivitas belajarnya itu, pada siklus I seluruh siswa mengalami peningkatan hasil belajar dan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, meski peningkatannya tidak begitu tinggi.Oleh karena itu, untuk lebih mengoftimalkan aktivitas dan hasil belajarnya maka dilakukan siklus II.
Pada siklus II pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme terjadi lagi perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, baik dilihat dari aktivitas maupun hasil belajarnya. Aktivitas belajar pada siklus II dirasakan siswa lebih menyenangkan.Itu sebabnya, hasil belajar seluruh siswa pada siklus II lebih baik daripada siklus I. Bahkan pada siklus II ini hasil belajar seluruh siswa melebihi nilai KKM yang telah ditetapkan.Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan melalui grafik berikut.
Grafik 1
NilaiAktivitas dan Hasil Belajar Siswa                                                                                                                                       
 

Grafik 1
   
Terjadinya peningkatan ke arah yang lebih baik pada aktivitas dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis sloganyang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, tidak lepas dari dukungan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada dua siklus tersebut berarti pula kemampuan guru pun meningkat, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
H.    Simpulan
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1.      Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis slogan, yakni: (1) belajar mengonstruksi, (2) belajar bertanya, (3) belajar menemukan, (4) belajar bekerja sama, (5) belajar dari model, (6) belajar merefleksi, dan (7) belajar menilai sebenarnya.
2.      Kemampuan siswa dalam menulis slogan, meningkat setelah digunakan model pembelajaran konstruktivisme.
I.       Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta:Rineka Cipta.
Darma, dkk. 2007. Manajemen Prestasi Belajar. Jakarta:Rajawali Press.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Depdiknas.
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk SD, SMP, dan SMA. Yogyakarta: Pioner.
Hermawan, Asep. 2010. Laporan Penelitian terhadap Proses dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (Studi Kasus di SD di Wilayah Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya). Tidak Dipublikasikan.
Heryadi, Dedi. 2008. Metode Penelitian Tindakan Bahasa. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional dalam Menciptakan Pembelajaran.    Bandung:Rosda.
Mulyasa, E. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Teori dan Implementasi). Bandung: Rosda.
Nasrulloh.2007. Otonomi Pendidikan dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta:Rajawali Press.
Nurhadi. 2003. Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Malang:IKIP Malang.
Rusyana, Yus. 1995. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan. Bandung:Algensindo.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses    Pendidikan. Bandung:Prenada.
Sanjaya, Wina. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Prenada.
Saud, S. U. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Suherli. 2010. Menyusun Karya Ilmiah. Bandung:Yrama Widya.
Sukidin. 2007. Prosedur dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas.
            Jakarta:Depdiknas.


Suryatmaja. 2007. Belajar Berbahasa. Jakarta:Gramedia.
Tarigan, H.G. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa. 
Trianto. 2007. Model-pendekatan Berorientasi Konstruktivisme. Bandung: Algensindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar