A. Judul
Peningkatan Aktivitas
dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Penggunaan
Model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Legokjawa
B. Nama Penulis
Sukaedah, S.Pd.,
SD.
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata
Kunci:
Mata Pelajaran IPS, Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa, dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Stu dent Teams
AchievementDivisions).
Penelitian ini
dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang
memenuhi harapan pembelajaran. Siswa dimaksud, yakni kelas V
SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten CiamisTahun Pelajaran
2010/2011. Rancangan
penelitian yang ditempuh, yakni penelitian tindakan kelas, yang terdiri atas empat tahapan, yakni membuat perencanaan tindakan,
melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan
merefleksi tindakan. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus. Adapun
data penelitian ini, meliputi catatan lapangan, catatan hasil
pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan
diskusi.
Teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif model mengalir, meliputi tahap
reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan
data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi)
dengan kolabolator dan siswa.Setelah menyelesaikan penelitian ini, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya menempuh tahapan strategis
berikut: (1) menyusun perencanaan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions);
(2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas
dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa agar diperoleh
hasil yang lebih baik, dan 2) penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions), dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Kurikulum
Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan
sosial. Saat ini kesejahteraan bangsa
tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik,
tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial, dan kepercayaan (kredibilitas).
Dengan demikian, tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial
menjadi suatu keharusan. Pengembangan Kurikulum
Pengetahuan Sosial
merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan
setempat. Kompetensi pengetahuan sosial menjamin pertumbuhan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup (lifeskill), penguasaan prinsip-prinsip
sosial, ekonomi, budaya, dan kewarganegaraan, sehingga tumbuh generasi yang
kuat dan berakhlak mulia.
Wachidi
(dalam Kunandar, 2007:261) merumuskan tujuan pokok dari pengetahuan sosial, yaitu:
(1) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap
benda-benda di sekitarnya; (2) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana
cara berhubungan dengan manusia lain; (3) memberikan pengetahuan kepada manusia
bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat sekitarnya; (4) memberikan
pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitarnya;
dan (5) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan
tuhannya.
Memperhatikan
tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial, maka seharusnya
pembelajaran pengetahuan sosial di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan
yang disenangi, menantang, dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar
mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid,
bahan ajar, dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
Lubis (2004:51) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan
kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa, serta
siswa dengan sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Suryosubroto
(2007:262) menyatakan bahwa kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah
kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang
edukatif dan harmonis antara guru dengan peserta didik yang mencakup segi
kognitif, apektif, dan psikomotor, sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang sampai dengan tahap
evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Dari
uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pengetahuan sosial
mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang unggul, handal, dan bermoral sejak dini hingga dewasa nanti. Hal
yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran pengetahuan sosial adalah
disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran pengetahuan sosial berdasarkan metode
yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan
materi pengetahuan sosial secara apa adanya (konvensional), sehingga
pembelajaran pengetahuan sosial cenderung membosankan dan kurang menarik minat
para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar mereka kurang memuaskan. Di
sisi lain, juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran
pengetahuan sosial masih rendah. Setidaknya, ada tiga indikator yang
menunjukkan hal ini. Pertama, siswa
kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki kemampuan
untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan, ketiga,
siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain
secara sehat.
Pembelajaran mata pelajaran pengetahuan sosial
sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang,
kurang bermakna, serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Akibatnya,
banyak kritikan yang ditujukan kepada guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran
ini, antara lain rendahnya daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran,
kurang dikuasainya materi-materi pengetahuan sosial oleh siswa, dan kurangnya
variasi dalam pembelajaran.
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna
dan berarti bagi kehidupannya. Dikatakan demikian, karena: (1) adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan KBM; (2) adanya
keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang
dimilikinya; dan (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam
mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar
pembelajaran pengetahuan sosial menjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara yang
cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka itu adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas pada
mata pelajaran ini.
b. Identifikasi Masalah
Memperhatikan
situasi pada latar belakang masalah di atas, kondisi yang ada pada saat ini
adalah sebagai berikut.
1.
Pembelajaran pengetahuan sosial yang
telah dan sedang berlangsung di kelas masih berjalan monoton.
2.
Belum ditemukan strategi pembelajaran
yang tepat.
3.
Belum ada kolaborasi antara guru dan
siswa.
4.
Metode yang digunakan bersifat
konvensional.
5.
Masih rendahnya aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial.
c. Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.
Bagaimana menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
2.
Apakah penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
d.
Pemecahan
Masalah
Pemecahan
masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil
belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, solusi yang
diupayakan dalam penelitian tindakan kelas ini, adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Besar harapan melalui penerapan model ini, baik yang berkaitan dengan masih
rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial, mengalami peningkatan yang berarti.
e. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1.
Guru dapat meningkatkan strategi dan
kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar ilmu pengetahuan sosial.
2.
Siswa merasa dirinya mendapatkan
perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik lagi dalam menyampaikan
pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan pada saat pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial dalam konteks penelitian ini berlangsung.
3.
Siswa dapat bekerja secara mandiri
maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun
kelompok.
4.
Seluruh siswa menguasai materi pelajaran
secara tuntas.
f. Hipotesis Tindakan
Penelitian
tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus
penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diamati peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1.
Dengan diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial.
2.
Dengan diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial.
E. Kajian Pustaka
a.
Rambu-rambu
Pembelajaran Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Rambu-rambu
pembelajaran pengetahuan sosial di sekolah dasar
perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.
Standar kompetensi nasional yang
merupakan pedoman bagi pengembang kurikulum di daerah untuk menyusun silabus
yang akan digunakan oleh guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.
2.
Pemahaman pengembang kurikulum di daerah
terhadap standar kompetensi nasional merupakan syarat mutlak untuk menyusun
silabus sesuai dengan kebutuhan daerah, dan ini pun dipersyaratkan pula kepada para guru di sekolah dasar.
3.
Standar kompetensi nasional berbentuk
matrik yang meliputi:
1)
kompetensi;
2)
materi standar; dan
3)
indikator.
Kompetensi
merupakan uraian kemampuan yang memadai atas pengetahuan, keterampilan, dan
sikap mengenai standar materi. Kemampuan itu harus dimiliki dan dikembangkan
secara maju dan berkelanjutan seiring dengan perkembangan peserta didik. Materi
standar merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian, sedangkan
indikator merupakan jabaran kompetensi yang secara spesifik dapat dijadikan
ukuran untuk menilai hasil pembelajaran (Mulyasa, 2003:197). Lebih lanjut
dikemukakan, bahwa dalam kurikulum standar nasional, metode, penilaian, dan
sarana yang digunakan tidak dicantumkan agar guru dapat mengembangkan kurikulum
secara optimal berdasarkan kompetensi yang harus dicapai sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerah masing-masing.
b. Hakikat Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa
adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2006:272). Peningkatan
aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar,
meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa
yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang
bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam
situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka
serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan, 2006:78).
Menurut Kunandar
(2006:272), indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: (1) mayoritas siswa
beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh
kegiatan siswa; dan (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan
guru dalam LKS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisons).
c.
Hakikat
Hasil Belajar
Menurut
Sudjana (1991:45), hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,
baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Pendapat yang tidak jauh
berbeda dikemukakan Nasution (1989:112), bahwa hasil belajar adalah suatu
perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi
juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang
belajar. Hasil belajar adalah yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu
materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun
kualitatif (Hermawan, 2006:79). Lebih lanjut dikemukakan, untuk melihat hasil
belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk
mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian
merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan
yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta
kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil
belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan
tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam
penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil
ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial.
Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan
bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat
soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang
berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan
tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul
dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
nilai bagi para peserta didik.
d. Pembelajaran Kooperatif
Secara
sederhana, namun jelas, Kunandar (2006:265) memberikan pengertian bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa
untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan.
e. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Hasil telaah
beberapa pustaka yang digunakan diperoleh gambaran mengenai unsur-unsur
pembelajaran kooperatif, sebagaimana dikemukakan Hermawan (2006:73), bahwa
unsur-unsur pembelajaran kooperatif sedikitnya ada empat, yakni saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan
keterampilan menjalin hubungan.
1. Saling ketergantungan positif
Menurut Kunandar (2006:265),
dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar
siswa merasa saling membutuhkan antarsesama. Dengan saling membutuhkan antarsesama,
maka mereka merasa saling ketergantungan yang positif. Saling ketergantungan
tersebut dapat tercapai melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan;
(2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan; (3) ketergantungan
bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan; dan (4) saling ketergantungan
peran.
2. Interaksi tatap muka
Sehubungan
dengan istilah interaksi tatap muka dalam pembelajaran kooperatif,maksudnya
dijelaskan Hermawan (2006:56) sebagai berikut. Interaksi tatap muka menuntut
para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat
melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.
Dengan interaksi tatap muka memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan interaksi ini
diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari suatu materi
atau konsep.
3. Akuntabilitas individual
Menurut Kunandar (2006:266), meskipun
pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi
penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu
materi pelajaran dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara individual
tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan, dan siapa
anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas
rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Oleh karena itu tiap anggota kelompok
harus memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok yang
didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual
inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual dalam pembelajaran
kooperatif.
4. Keterampilan menjalin hubungan
antarpribadi
Melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan
keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal ini karena dalam pembelajaran
kooperatif menekankan aspek-aspek tanggung jawab, rasa, sikap sopan santun
terhadap teman, mengritik ide dan bukan mengritik orangnya, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan berbagai sifat
positif lainnya (Hermawan, 2006:74).
Menurut Ibrahim dkk., (dalam Kunandar, 2006:266),
unsur-unsur pembelajaran kooperatif, antara lain: (1) siswa dalam kelompoknya
haruslah beranggapan bahwa “mereka sehidup sepenanggungan bersama”; (2) siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya; (3) siswa haruslah
melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (4)
siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya; (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok; (6)
siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama; dan (7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
g. STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
Ada
empat tipe pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan oleh guru, yang salah
satunya adalah tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Tipe ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk., dari Universitas John Hopkins.
Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pembelajaran
kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik, baik
kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
dijelaskan Kunandar (2006:270), sebagai berikut.
1.
Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok, yang masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok.
Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuannya (prestasinya).
2.
Guru menyampaikan materi pelajaran.
3.
Guru memberikan tugas kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau
diskusi antarsesama anggota kelompok.
4.
Guru memberikan pertanyaan atau kuis
kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru ke
siswa tidak boleh saling membantu.
5.
Setiap akhir pembelajaran guru
memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan akademik
yang telah dipelajari.
6.
Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor
atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara
individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor
sempurna diberi penghargaan.
7.
Kesimpulan.
Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan materi pembelajaran; (2)
diskusi atau kerja kelompok belajar; (3) validasi oleh guru; (4) evaluasi (tes);
(5) menentukan nilai individu dan kelompok; dan (6) penghargaan individu dan
kelompok.
F. Metodologi Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini, yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten CiamisTahun Pelajaran 2010/2011,
yang terdiri atas 18 orang siswa berjenis kelamin perempuan dan 23 orang siswa berjenis kelamin
laki-laki, yang sedang menempuh semester 1 dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
b. Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2010/2011,
yaitu bulan Juli sampai dengan November 2010.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di
kelas.
c. Siklus PTK
PTK ini
dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
e. Teknik Analisis Data
Data
yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat
kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.
Hasil belajar: dengan menganalisis nilai
rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi,
sedang, dan rendah.
2.
Aktivitas siswa dalam PBM: dengan
menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Implementasi pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
dengan cara menganalisis tingkat keberhasilan,
kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak
berhasil.
f. Prosedur Penelitian
Alur penelitian ini menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang
berupa siklus perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara
guru pelaksana tindakan, teman sejawat dan kolabolator, serta siswa. Dalam
setiap siklusnya, terdapat empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian ini menempuh tiga
siklus.
G. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
a. Hasil Penelitian
a) Siklus I
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) pada siklus I, sudah dilaksanakan tetapi belum sesuai dengan rencana.
Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan sebagai berikut.
1.
Sebagian kelompok belum terbiasa dengan
kondisi belajar berkelompok.
2.
Sebagian kelompok belum memahami
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) secara utuh dan menyeluruh.
Untuk
mengatasi masalah di atas, telah dilakukan upaya sebagai berikut.
1.
Guru secara intensif
memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi
dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2.
Guru membantu kelompok yang belum
memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Pada akhir siklus I
dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi
dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Siswa mulai terbiasa dengan kondisi
belajar kelompok.
2.
Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.
Siswa mampu menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
memiliki langkah-langkah tertentu.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
evaluasi pembelajaran menunjukkan kondisi sebagai berikut.
1. Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan
media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan
Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus I
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 2
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
10
|
16
|
63
|
|
Kelompok 5
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
10
|
16
|
63
|
|
Kelompok 7
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 8
|
12
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
69
|
|
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus I
2. Hasil pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru pada PBM siklus I masih
tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya
adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih
banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa
bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3. Hasil
evaluasi pembelajaran siklus I menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi masih tergolong
kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau
62%.
Untuk mengetahui
keberhasilan dan kegagalanpembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
I, tim peneliti telah melakukan refleksi, yang
hasilnya sebagai berikut.
1. Guru
belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas mengajar guru
dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2. Sebagian
siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3. Hasil
evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 6,20, dan masih ada beberapa orang siswa yang kurang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
4. Masih
ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah
ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam
belajar.
5. Masih
ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I,
maka pada pelaksanaan pembelajaran IPS tentang
kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian
wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya
berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
IIdapat dibuat perencanaan sebagai
berikut.
1.
Memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2.
Lebih intensif membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
3.
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b) Siklus II
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
II, sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana.Adapun
hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1. Suasana
pembelajaran sudah mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa
dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama
anggota kelompok.
2. Sebagian
besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi
dari kelompok lain.
3. Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi siklus II, menunjukkan
perubahan yang lebih baik dari siklus I.
Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.
Hasil pengamatan
terhadap aktivitas
siswa dalam PBM selama siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel
2
Perolehan Skor Aktivitas
Belajar Siswa dalamPBM Siklus II
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 2
|
13
|
16
|
81
|
|
Kelompok 3
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 5
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
11
|
16
|
69
|
|
Kelompok 7
|
12
|
16
|
75
|
|
Kelompok 8
|
13
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
74
|
|
Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus II
2. Hasil
observasi aktivitas mengajar guru dalam PBM pada siklus II
tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I.
Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3. Hasil
evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II tergolong
sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70
atau 70%.
4. Hasil evaluasi siklus
II mengalami peningkatan yang sebelumnya
5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
Untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalan pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
II, maka tim peneliti melakukan refleksi, yang
hasilnya sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa
dalam PBM siklus II sudah mengarah ke langkah-langkah belajar berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Siswa
mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan
guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa
meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus II.
2.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM
didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan
suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal
ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari
61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus II.
3.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan
evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh
6,20
pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
4.
Meningkatnya rata-rata nilai hasil evaluasi pada siklus II menjadi
6,53.
5.
Masih terdapat beberapa orang siswa yang dinyatakan
belum tuntas, karena hasil evaluasinya kurang mencapai nilai yang telah
ditetapkan sebagai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena itu, maka dilaksanakan
pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
III.
c)
Siklus III
Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
III, sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana serta
berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun hasilnya
menunjukkan sebagai berikut.
1.
Suasana pembelajaran sudah lebih
mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja
akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok
menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa
kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2.
Hampir semua siswa merasa termotivasi
untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3.
Suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan sudah lebih tercipta.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi siklus III, hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1. Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti PBM siklus III seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM
Siklus III
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Kelompok 1
|
14
|
16
|
88
|
|
Kelompok 2
|
14
|
16
|
88
|
|
Kelompok 3
|
15
|
16
|
94
|
Tertinggi
|
Kelompok 4
|
13
|
16
|
81
|
|
Kelompok 5
|
12
|
16
|
75
|
Terendah
|
Kelompok 6
|
13
|
16
|
81
|
|
Kelompok 7
|
14
|
16
|
88
|
|
Kelompok 8
|
14
|
16
|
88
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
85
|
|
Grafik 3
Perolehan Skor
Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus III
2. Hasil pengamatan aktivitas mengajar guru
dalam PBM siklus III mendapat rerata nilai perolehan 40 dari
skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang
sangat signifikan dari siklus sebelumnya.
3. Hasil
evaluasi siklus III menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini berarti penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
4. Hasil evaluasi siklus III mengalami peningkatan yang cukup
berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I
dan pada siklus II
6,53.
Untuk mengetahui
keberhasilan dan kegagalan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus
III, tim peneliti telah melaksanakan refleksi, yang
hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa
dalam PBM siklus III sudah mengarah ke langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Siswa mampu membangun kerja sama dalam
kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II
menjadi 85% pada siklus III.
2.
Meningkatnya aktivitas belajar siswa
dalam PBM siklus III didukung oleh meningkatnya aktivitas mengajar guru, baik
dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Guru secara intensif
membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat
dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada
siklus II menjadi 91% pada siklus III.
3.
Meningkatnya aktivitas belajar
siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan
siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi
7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
4.
Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi dari
5,48 (siklus I) menjadi 6,53 (siklus II)
dan 7,33 (siklus III).
5.
Seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal,
sehingga PTK berakhir sampai siklus III.
b.
Pembahasan
Setelah
mendeskripsikan data hasil penelitian tindakan kelas
dalam pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)yang
berlangsung dalam tiga siklus ini, langkah berikutnya adalah melakukan
pembahasan, agar dapat diketahui kebermaknaan
dari hasil penelitian ini.
Upaya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamismelalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
telah dilakukan guru secara kolaborasi dengan tim peneliti yang telah dibentuk.
Upaya ini telah ditempuh dalam tiga siklus. Setiap
siklusnya menempuh empat tahapan lazimnya penelitian tindakan kelas, antara
lain: (1) perencanaan (planning)
tindakan; (2) pelaksanaan tindakan (acting)
sesuai dengan rencana; (3) pengamatan (observing)
terhadap proses tindakan; dan (4) refleksi (reflecting). Setelah membahas hasilnya, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1. Aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan
buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan
peta/atlas/dan media lainnya secara bertahap mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik, sesuai dengan langkah-langkah perlakuan (treatement) yang diterapkan, yakni model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar
mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya secara bertahap
mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik, hingga pada siklus III seluruh
siswa dinyatakan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan untuk mata pelajaran ini. Meningkatnya hasil belajar siswa kelas V
SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisterjadi karena
aktivitas belajarnya mengalami perbaikan ke arah yang diinginkan.
3. Adanya perubahan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2
Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis disebabkan oleh perlakuan yang
diupayakan guru mengenai sasaran. Perlakuan dimaksud, yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
H. Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil simpulan guna
menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai berikut.
1.
Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya menempuh tahapan strategis
berikut: (1) menyusun perencanaan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions);
(2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas
dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa agar diperoleh
hasil yang lebih baik. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini,
baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku,
demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja
secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang
didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan memahami
perannya sebagai apa dalam anggota kelompok kooperatif. Antarsiswa bukan saja
tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam
melakukan hal itu. Itu sebabnya model pembelajaran ini diterapkan dengan
menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
sebagaimana yang diharapkan.
|
2.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam dalam pembelajaran
IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan
menggunakan peta/atlas/dan media lainnya. Selain aktivitas belajar siswa
terkesan lebih bermakna, potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling
berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab
dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai
perasaan satu sama lain. Hal ini telah memberi dampak positif pada peningkatan hasil
belajar masing-masing siswa.
I. Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert.,
Bart, James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall.
2003. Educational Research. New York:
Allyn and Bacon.
Depdiknas. 1997.
Sumber dan Media Pembelajaran IPS.
Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep.
2007. Pengembangan Profesi Guru Melalui
Tindakan Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------. 2007. Strategi Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran Melalui
Penelitian Tindakan Kelas Secara Profesional dan Bermutu. Makalah: Tidak
Dipublikasikan.
Ibrahim,
Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press.
Idrak, M.,dkk.
2007. Ringkasan Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Lengkap. Yogyakarta: Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J.
2000. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E.
2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja,
Rohman. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif
dan Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S.
1989. Didaktik Asas-asas Mengajar.
Bandung: Jemmars.
Sudjana, Nana.
1991. Model-model Mengajar CBSA.
Bandung: Sinar Baru.
-------------------.
2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti.
2003. Interaksi Belajar Mengajar.
Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP di Kota Bandung. Disertasi tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2005. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar